Rabu, 28 November 2012

SIKAP DAN PERILAKU MANUSIA

Sikap Terdapat kaitan yang erat antara sikap dan perilaku manusia, sikap akan mengarahkan perilaku. Oleh karena itu, dalam hubungan interpersonal sikap akan berpengaruh pada pola-pola hubungan interpersonal yang di kembangkan. Dalam penjelasan tentang pengertian sikap yang akan anda pelajari berikut ini di sebutkan bahwa objek sikap dapat bersifat impersonal(bukan manusia), tetapi yang paling penting adalah sikap terhadap orang lain. Marilah kita mulai pembahasan sikap ini dengan pengertian sikap, kemudian ada model-model yang menjelaskan sikap,selanjutnya aspek-aspek sikap.

PENGERTIAN SIKAP Walaupun sikap(attitude) merupakan salah satu pokok bahasan yang penting dalam psikologi sosial, para pakar tidak selalu sepakat tentang definisinya. Sarwono (1997) mengemukakan beberapa pengertian sikap. Attitude is a favourable or unfavourable evaluative reaction toward somethingor someone, exhibited in one’s belief,fellings or ontended behavior (meyers,1996) An attitude is a disposition to responds favourably or unfavourably to an object, person, institution or event (azjeen, 1988)Attitude is a pychological tendency that is expressed by evaluating a perticular entity with some degree of favor or disfavor (eagly & chaiken,1992)

Sikap dapat didefinisikan sebagai posisi yang di ambil dan dihayati seseorang terhadap benda, masalah atau lembaga. Beberapa sikap bersifat abstrak, misalnya sikap terhadap demokrasi. Sikap-sikap lain dapat bersifat impersonal, misalnya sikap terhadap ganja itu jelek. Akan tetapi sikap yang paling penting adalah sikap terhadap orang lain (Soekaji, Sutarlinah, 1986).

Menurut webersikap adalah sebuah reaksi evaluatif (suatu penilaian mengenai kesukaan dan ketidaksukaan seseorang) terhadap orang, peristiwa atau aspek lain dalam lingkungannya.

Dari berbagai definisi tampak bahwa ciri khas dari sikap adalah sbg berikut.
1. Mempunyai objek tertentu(orang,perilaku,konsep,situasi,dan benda)
2. Mengandung penilaian (setuju atau tidak setuju,suka atau tidak suka) (Sarwono,S. 1997)

Bagaimana proses terjadinya sikap? Mengenai proses terjadinya menurut Sarwono,S.(1999) sebagian besar pakar berpendapat bahwa sikap dapat saja sikap dapat timbul tanpa ada pengalaman sebelumnya. Misalnya, orang yang sejak bayi tidak suka sayur.

    Model satu dimensi ( One-Dimensional Model )

Model ini merupakan model yang paling sederhana dalam menjelaskan sikap secara langsung, dalam arti suka atau tidak suka terhadap objek tertentu. Sikap disini amat jelas, positif atau negative sehingga hal ini dapat menjelaskan anda memilih untuk tidak menonton film tentang kekerasan karena anda memang tidak menyukainya (anda memiliki sikap negative tentang film kekerasan) dan akibatnya anda akan menghindari film yang banyak menampilkan kekerasan. 

MODEL TIGA KOMPONEN (Three-Componen Model ) Model ini lebih berkembang daripada model pertama. Model ini menjelaskan sikap dalam jangkauan yang lebih luas berdasarkan pengalaman psikologi. Disini dijelaskan, sikap menyangkut 3 dimensi, yaitu (a) pengalaman kognitif (seperti kepercayaan), (b) pengalaman efektif (emosi), dan (c) perilaku (pilihan dan tindakan).



PENGUKURAN SIKAP Ada beberapa tehnik yang biasa digunakan untuk mengatur sikap. Di bawah ini di kemukakan tiga skala pengukuran sikap.

1. Skala thustone

L.L THUSTONE (1887-1955) mengembangkan pendekatan statistic pertama dalam mengukur sikap. Dalam skala ini seorang peneliti mengembangkan serangkaian pernyataan tentang sikap objek. Setiap pernyataan kemudian disusun kedalam urutan secara numeric menurut skala positif negative misalnya kita urutkan skala sikap dari 1 sampai 10 tentang presiden George W Bush, dimana poin satu menunjukan sikap yang amat positif dan poin sepuluh menunjukan sikap yang amat negative sehingga’ saat ada pernyataan” George W Bush” adalah presiden terhebat yang pernah memimipoin amerika serikat ” bisa saja diberi poin satu : lalu pernyataan presiden tersebut adalah seseorag yang selalu melakukan hal yang terbaik bisa diberi poin tiga : dan pernyataan “ dapat diberi poin 10.
Skala thrustone di susun dengan meminta responden untuk membaca dafata pernyataan yang ada dan memberikan tanda atau poin pada pernyataan yang mereka setujui. Dari situ, poin-poimn yang mereka pilih akan di hitung dan di cari rat-ratanya untuk memperoleh skor sikap seseorang. Dari contoh di atas, untuk satu responden, bisa diperoleh SKOR 2.5. itu berarti, ia memiliki sikap yang cederung positif tentang presiden sementara responden dengan skor rata-rata 8.6 memiliki sikap sebaliknya.

2. Skala likert

Skala ini lebih sering digunakan daripada skala Thustone di atas. Rensis Likert (1903-1981) mengembangkan beberapa sikap. Responden kemudian memilih satu angka dari skala setuju sampai tidak setuju. Jumlah dari angka yang di pilih menunjukan sikap respondden terhadap hal ynag dimaksud. Misalnya, untuk mengetahui sikap kita tentang iklan rokok, kita akan di hadapkan pada serangkaian penyataan yang mendukung atau melawan iklan semacam itu. Setiap pernyataan di ikuti dengan serangkaian angka-angka, sebagai skala yang menunjukan persetujuan/penolakan. Skala yang di susun itu bisa berupa sebagai berikut ini. Amat setuju 1 2 3 4 5 Amat tidak setuju.
 Jika ada pernyataan “saya tidak senang iklan rokok” dan kita termasuk orang yang melawan iklan itu, kita pasti kan memilih angka yang lebih rendah 
( 1 atau 2 ). Sementara jika kita termasuk orang yang menyetujui iklan rokok, terhadap pernyataan tersebut “saya senang iklan rokok” sudah tentu kita akan memilih angka yang lebih tinggi ( 4 atau 5 ). Dengan menjumlahkan angka-angka yang di peroleh dari tiap penyataan, akan muncul nilai sikap kita dan intensitasnya.

3. Skala Semantic Differential

Tehnik pengukuran sikap ini datang dari Osgood,suci, dan Tannenbaum(1957). Sebagaimana di jelaskan Sarwono.S(1997), dasar teorinya adalah bahwa sikap orang terhadap suatu objek dapat di ketahui jika kita mengetahui konotasi(arti psikologi) dari kata yang melambangkan objek sikap itu. Satu sikap tertentu bisa memiliki makna atau kualitas evaluasi yang berbeda. Misalnya, satu sikap negative tentang iklan rokok bisa termasuk mempercayai bahwa iklan semacam itu menyebarkan kebohongan atau merasa marah saat melihat ada iklan rokok di suatu majalah. Dalam tehnik ini, seorang responden di minta untuk mengurutkan satu objek sikap dalam beberapa skala yang berbeda secara sistematik. Misalanya, kita akan memberikan nilai terhadap iklan rokok menurut skala berikut.
 Baik 1 2 3 4 5 Buruk Bagus 1 2 3 4 5 Jelek
Jujur 1 2 3 4 5 Tidak Jujur

Sehat 1 2 3 4 5 Tidak Sehat Setelah memberikan nilai atau poin, kita lau menghubungkan angka-angka itu yang nantinya akan terlihat satu pola penilaian yang berbeda dari satu responden yang lain. Sama seperti skala yang lain, sikap kita pun bisa dijumlahkan dan di beri kan nilai rata-rata.

 PEMBENTUKAN SIKAP Idealnya, sikap di bentuk dari pengalaman seseorang yang akan berfungsi sebagai penuntun perilakunya di masa dating. Para peneliti telah mengidentifikasikan tiga jenois pendekatan dalam memahami pembentukan sikap manusia, yaitu (1) pendekatan belajar, (2) pendekatan consistency cognitive, (3) pendekatan motivational, yang akan di uraikan secara rinci berikut ini.

1. Pendekatan belajar (learning approaches)

Sikap biasanya terbentuk lewat proses pembelajaran, suatu proses dimana pengalaman dan praktek menghasilkan perilaku yang relative sama atau tetap. Proses pembelajaran ini secara umum di identifikasikan dalam pembentukan sikap melalui :
a. Asosiasi
Asosiasi mengacu pada proses menghubungkan pengalaman-pengalaman yang amat dekat dari segi waktu, ruang atau keadaan. Dua bentuk pembentukan sikap melalui asosiasi adalah classical conditioning dan more exposure.

1) Classical Conditioning.

Sikap bisa saja merupakan serangkaian ide,perasaan,dan keinginan yang kompleks. Namaun, sikap bisa juga terbentuk dengan mengasosiasikan satu pengalaman dengan yang lain dan membuat respons yang umum terhadapnya. Belajar untuk membuat respons yang sama pada stimulasi yang diasosiasikan pada stimulus sebelumnya ittulah yang di sebut sebagai classical conditioning. Pada pengalaman emosional yang sederhana, perlakuan semacam ini bisa mengarah pada pembekuan sikap. Contoh yang bisa di ambil adalah ilustrasi berikut. Seorang anak di minta untuk mengikuti les matematika olh orangtuanya. Sementara anak itu sendiri tahu betul bhawa pelajaran itu sangat membosankan dan tidak menyenangkan. Apalagi sebelumnya ia pernah belajar matematika dalam suasana yang membosankan, tidak menyenangkan,dalam suasana yang tidak nyaman.


2) More Exposure

Pembentukan sikap yang paling jelas dapat di bentuk lewat pengalaman yang berulang-ulang dengan objek sikap, seperti manusia atau tampilan lingkungan yang sering kali di temui. Menurut psikolog Robert Zajonc, terpaan yang berulang-ulang itu biasanya akan menghasuilkan perasaan positif. Misalnya, iklan televisi yang sering kita tonton bisa berdampak pada kesukaan kita terhadap produk yg di iklankan. Apalagi kalu kita beranggapan produk itu memang di butuhkan dan menarik.




2. Pendekatan Konsistensi Kognitif ( Cognitive Consistency )

Sebagaimana dijelaskan sarwono,s (1991) teori-teori konsistensi kognitif berpangkal pada sebuah proposisi umum, yaitu bahwa kognisi (pengetahuan,kesadaran) tidak sesuai dengan kognisi-kognisi lain menimbulkan keadaan psikologi yang tidak menyenangkan. Dan keaadaan ini mendorong orang untuk bertingkah laku agar tercapai konsistensi antar kognisi-kognisi tsb, hal mana yang akan menimbulkan rasa senang. Keadaan inkonsisten, misalnya terjadi apabila kita melihat seorang mentri sedang makan di warung tenda pinggir jalan. Menteri dan warung tenda adalah dua kognisi yang tidak salaing berkaitan, bahkan mungkin saling berlawanan. Dengan demikian apabila kedua kognisi ini muncul sekaligus, timbul perasaan inkonsisten dalam diri kita, yang menyebabkan kita perlu melalakukan sesuatu agar timbul konsistensi yang menenangkan dalam diri kita. Misalnya, melihar orang tersebut sekali lagi untuk meyakionkan bahwa org itu bukan menteri (tetapi mirip dengan menteri) atau mengubah struktur kognitifdengan menyatakan kepada diri sendiri bahwa mentri adalah manusia kebanyakan yg sesekali juga ingin makan di warung pinggir jalan.

Hubungan inkonsisten antara kognisi di beri nama berbeda-beda oleh para ahli.

a.  Fritz Heider menamakan “ketidakseimbangan kognitif” (cognitive imbalance)
b.  Newcomb menamakannya “asimetri” (Asymetry)
c.  Osgood & Tannaenbaum menamakan “ ketidakselarasan” (ingongruence)
d. Festinger menamakannya “disonansi” (dissonance) hanya dapat digunakan dalm situasi-situasi tertentu). Oleh karenanya, disini yang akan di jelaskan adalah teori Fritz Heider, Newcomb, dan Festinger.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar